Sabtu, 19 November 2016

mualaf yang menggemparkan

Mualaf adalah sebutan bagi mereka yang mengubah keyakinan dan sepenuhnya memeluk Islam. Di negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam tentu kisah orang menjadi mualaf tidak terlalu menggemparkan. Tetapi di belahan dunia lain, dimana muslim adalah minoritas dan prasangka buruk terhadap Islam sangat luas, kisah mereka menjadi sangat menggemparkan bahkan seringkali mendapat hujatan dan cacian.
Tetapi para mualaf ini menghadapinya dengan tegar. Mereka beranggapan keyakinan adalah masalah hati. Ketika hati sudah mendapat hidayah maka tak ada seorang pun yang mampu menahan mereka. Lingkungan di sekitar mereka yang mayoritas anti Islam pun harus gigit jari ketika mereka teguh memegang keyakinan baru mereka. Berikut 5 kisah mualaf paling menggemparkan versi mbakbro.com :

1. Abdullah Takazawa

Abdullah Takazawa
Abdullah Takazawa
Berambut gondrong dan penuh tattoo, itulah gambaran fisik dari pria yang dulunya tukang tattoo para mafia Jepang Yakuza ini. Tetapi itu dulu, sebelum pria bernama asli Taki Takazawa ini memeluk Islam. Setelah lama mempelajari berbagai agama dan keyakinan, pencarian panjangnya akan arti hidup menjadi titik balik ketika bertemu seorang penceramah muslim Sheikh Niamatullah 15 tahun yang lalu.
Pada tahun 2006 Takazawa memantapkan hati memeluk Islam dan pergi berhaji pada tahun 2008. Setelah itu Takazawa menambahkan kata Abdullah yang berarti ‘Hamba Allah’ pada namanya. Kini pria ini menjadi satu di antara lima Imam Masjid Besar di Jepang. Kisah Takazawa ini memberi bukti bahwa mereka yang mencari Tuhan dengan hati dan pikiran akan lebih kuat memegang iman setelah mendapatkan hidayah. (sumber)

2. Malcolm X

Malcolm X bersama Muhammad Ali
Malcolm X bersama Muhammad Ali
Pria yang lahir dengan nama Malcolm Little pada tahun 1925 ini adalah salah satu tokoh hak asasi manusia Amerika paling terkenal. Menjadi yatim pada usia 6 tahun setelah ayahnya dibunuh, Malcolm kecil juga harus kehilangan ibunya pada usia 13 tahun karena harus dirawat di rumah sakit jiwa. Pada usia 20 tahun Malcolm dipenjara karena pencurian. Di dalam penjara inilah dia mulai belajar tentang Islam. Sayangnya di awal-awal keislamannya, Malcolm malah bergabung dengan organisasi radikal Nation of Islam.
Baru setelah pergi berhaji pada tahun 1964, Malcolm menyadari bahwa radikalisme tidak akan menyelesaikan masalah. Malcolm pun mengubah haluan menjadi lebih moderat dan lebih aktif menyuarakan persamaan hak antara kulit hitam dan kulit putih. Pada tahun 1965 pria yang mempunyai nama muslim el-Hajj Malik el-Shabazz ini ditembak mati oleh tiga orang anggota Nation of Islam. Pemakamannya dihadiri oleh lebih dari 30.000 orang. Hingga kini, buku autobiografinya ‘The Autobiography of Malcolm X’ dianggap sebagai salah satu buku non fiksi paling berpengaruh di abad ke-20. (sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar