Malam itu kehangatan menjalar ke seluruh tubuhku, ketika aku berdiri
termenung di depan nyala api yang mulai membesar. Akan tetapi angin
bertiup tiada henti.
Menerbangkan dedaunan di hutan tersebut. Kulemparkan satu persatu
kertas yang kupegang dari tadi ke dalam kobaran api. Kertas itu hangus
seketika. Nyala api semakin kecil oleh angin dan kemudian padam.
Untuk kesekian kalinya, aku menuangkan minyak tanah ke dalam tong
kosong dan melemparkan sebatang korek api. Kembali kulemparkan satu
persatu kertas-kertas dalam genggamanku. Ada sebuah foto. Myun Jo – Soo
Yeon forever, begitulah catatan yang tertulis di balikanya. Terlihat
sungguh bahagia. Kuulas senyum simpul sebelum ikut melemparkannya ke
dalam kobaran api, seperti sebelumnya.
Kemudian, sebuah potongan berita koran. Agen Nark*ba tertangkap di
sebuah rumah kosong di Seoul. “Myun Jo, aku akan menunggumu. Kita akan
merajut mimpi bersama”. Suara lembut itu kembali terngiang dalam
ingatanku. Ketika itu polisi tengah memborgol kedua tanganku dan
menggiringku secara paksa ke penjara. Kusaksikan sendiri wajahnya yang
dipenuhi air mata. Namun, jauh di dalam mata coklat itu, kulihat
kekecewaan yang mendalam. “Maafkan aku”. Ucapku waktu itu setelah
kulepaskan genggamannya padaku.
Kertas koran itu juga kulempar ke dalam api. Hangus. Semua
kertas-kertas sudah kubakar. Aku berniat kembali, setelahnya. Kakiku
berjalan menjauh dari api yang masih menyala-nyala menuju jalan raya.
“Myun Jo-yah” teriak seorang perempuan yang menghentikan langkahku. Aku tidak menoleh.
“Dari mana saja? Aku sibuk mencarimu sejak tadi”
“Ayo pulang saja” sahutku.
“Kau ini kenapa, hah? Ya sudah. Tuan Hyun Go dan kelurganya datang
menjengkmu” jawab perempuan tersebut sambil tersenyum. Dia menarik
tanganku agar aku mengikuti langkahnya. Meninggalkan kobaran api yang
kutinggalkan tadi. Membakar semua kenangan bersama Soo Yeon, gadis yang
selalu mempunyai ruang di relung hatiku.
—
Keramaian di pusat kesehatan mental, Seoul, tidak berkurang sejak
fajar menggantung di langit-langit hingga tenggelam di ufuk barat.
Orang-orang berlalu lalang tak henti-hentinya. Para suster mendorong
kursi roda, memapah pasien, mendorong kereta-kereta obat ataupun makan
malam.
“Hyu Ri-yah sini, sayang”
“Iya mah” seorang anak berkepang dua berlari ke arah seorang perempuan dua puluh tujuh tahunan.
“Sebentar lagi Uncle Jo datang” ujar seorang pria tiga puluh tahunan di
sebelahnya, Tuan Hyun Go. Tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Seorang
perawat dan pasien laki-laki memasuki ruangan. Seisi ruangan tersenyum
menyambut.
“Uncle Jo!!”
“Hai, Hyu Ri!!” aku memeluk anak itu erat, bagai anak kandungku sendiri.
Soo Yeon menghampiriku dan memeluk tubuhku. Aku balas memeluknya.
“Senang bertemu denganmu, Myun Jo” bisiknya. Aku hanya tersenyum.
“Sehat my brother?” gantian Hyun Go yang menyapaku. Aku menyambut
tangannya yang memeluknya hangat, sahabat lama. Bersama kelurga kecil
itu aku banyak sekali berhutang. Dahulu Soo Yeon lah satu-satunya
keluarga yang kupunya. Sekarang dia sudah memiliki seseorang di sisinya
dan seorang gadis yang manis.
Begitulah yang bisa kulakukan untuk Soo Yeon. Membuatnya tertawa
bahagia tanpa manyakitinya. Membiarkan seseorang yang lain memilikinya.
Berpura-pura gila dan dirawat di Rumah Sakit agar tidak menjadi beban
untuknya
Setelah aku meninggalkan penjara 10 tahun lalu, aku tahu aku tidak
mungkin bisa mewujudkan mimpi-mimpi Soo Yeon, mewujudkan
harapan-harapannya. Merajut kehidupan indah bersama anak-anak yang
manis. Sejak 10 tahun lalu, aku sadar bahwa aku hanya akan merusak
mimpinya. Maka kuputuskan untuk melepaskannya, menitipkan Soo Yeon
bersama impianya kepada seseorang yang mampu membuatnya bahagia. Aku
berjanji pada diriku, aku akan selalu membuatnya tersenyum dan tidak
akan membuatnya menangis.
Seperti pepetah, bahwa kekuatan cinta yang paling dahsyat adalah
membiarkannya pergi untuk kebahagiaannya. Soo Yeon akan selalu memiliki
ruang di hatiku. Kapanpun.
Cerpen Karangan: Desti Fadhilla Z
Tidak ada komentar:
Posting Komentar